JIWA YANG TERBELAH

11:54 PM Unknown 0 Comments

Di sekelilingku, semua bergerak cepat, sangat cepat. Aku seolah terpaku tanpa dapat berpacu beriringan dengan mereka. Aku bahkan enggan untuk beranjak. Seolah aku diselimuti oleh ribuan bahkan jutaan bujuk rayu mesra nan lembut yang mengikatku agar aku tetap tak berkutik. Ragaku, bahkan nalarku.

Sungguh seperti terjerat dalam lilitan jaring laba-laba raksasa. Bahkan memalingkan wajahkupun aku tak kuasa, dan entah mengapa, aku menyukai sensasi itu, sensasi aku yang terpedaya, sensasi aku yang terkalahkan namun sekaligus membuatku merasa menang karena aku mengabulkan segala pinta sang pemilik jutaan bujuk rayu.

Entahlah, aku juga menyukai segala ide-ide yang dilontarkannya kepadaku. Yang ia katakan bahwa itu akan membawaku ke kedamaian kekal. Dimana segalanya akan selalu menjadi seperti yang kuinginkan. Menjadi aku, seutuhnya. Tanpa suara-suara di telinga atau di kepala. Hanya aku, hanya aku.

Iapun menceritakan kisah-kisah bahagia. Tentang tak adanya rasa bersalah, rasa sesal, amarah atau benci bahkan rasa sakit. Ia bilang, di sana kau akan menjadi seputih awan, bahagia seceria belia, bahkan menjadi seusia dunia. Tak akan ada cela atau noda.
Ya, aku tergiur dengan bujuk rayunya. Aku jatuh cinta pada semua ide-idenya. Aku menginginkannya, sangat sangat menginginkannya. Semua terasa begitu dekat, begitu nyata dan lagi-lagi, ya, aku terpedaya dan menikmatinya.


-ariisme-

Serang, 29/1/16

0 comments: