NODA

1:09 PM Unknown 0 Comments


Seperti terpecuti bertubi-tubi tanpa henti, pedihnya membabibuta dan lukapun begitu terasa panas hingga mengoyak sukma.

Bukan,

Bukan sukmaku, tapi sukmanya, dan ini merajam kalbuku hingga lebur menjadi abu.
Aku tak berdaya, terpasung rantai waktu yang tidak dapat kuputar kembali pada malam laknat yang telah memancung kepolosannya.

Tuhan, manusia macam apa aku ini.

Aku lalai,

Aku lengah,

Aku abai,

Dan kini,

Aku hanya bisa memeluk tubuhku sendiri yang bergetar hebat dalam rasa sesal tanpa batas.

Atas noda.

-ariisme-
Serang, 16/5/15

0 comments:

SEPOTONG MEMORI

1:04 PM Unknown 0 Comments

Pagi ini,sekelebat kenangan masa kecil terbentang pada ruang ingatan. Disana, disebuah bangunan kantor yang halaman depannya ditanami bunga kertas dan di sebelah kirinya bungabterompet berwarna kuning. Disinilah aku dan sahabat-sahabat masa kecilku bermain, bergulat diantar rerumputan lebat, berlarian dan tertawa lepas. Kami masih kanak-kanak, tanpa beban. Aku ingat sepeda mini itu, dengan gagah ia mengendarainya, dan membonceng kami satu persatu, bergantian.

Prima, ia kakak sepupuku, aku dan dia adalah yang tertua diantara anak-anak lain saat itu. Ferdi, Maya, Nia, Dina, Dini, Dede dan Pipit yang masih balita. Aaaaaahhh, kenangan itu meraja lela, mengganti berita pagiku, di sini, bersama secangkir kopi dan asap roko.

Saat-saat yang tak kan pernah tergantikan dengan apapun. Aku ingat, aku merinding ketika kami memasuki bangunan kantor empat lantai itu. Kami menapaki satu persatu anak tangga hingga ke atap. Dibagian atap ada berbagai macam perlengkapan penghitung tekanan angin, ada yang selali berputar seperti baling-baling, ada yang menyerupai menara, ada yang berbentuk seperti payung dan yang sangat kami tunggu adalah balon merah jambu berukuran besar. Ya, balon ini ternyata digunakan untuk mengetahui tekanan angin. Balon itu akan diisi gas, lalu dilepaskan dan dibiarkan terbang bersama angin. Setiap kali balon itu terbang, kami pasti akan dengan khidmat memandaninya, kami penasaran kemana ia pergi.

Serang 1988, seandainya aku bisa kembali ke masa itu, aku pasti katakan kepadanya, aku mengagguminya, sosok yang ceria, pengendara sepeda mini, yang selalu mengenakan celemek di dadanya.

-ariisme-
Serang, 11/10/14

0 comments:

JASAD MIMPIKU

1:00 PM Unknown 0 Comments

Seketika saja aku melihat jasad mimpiku tenggelam
Di dasar sungai yang dihujani mata air
Pada hari yang masih sangat muda dan langit sebiru laut
Meninggalkan raga betinaku

-ariisme-
Serang, 6/1/15




0 comments:

AWAN MERAH JAMBU

12:54 PM Unknown 0 Comments


Monster-monster di dalam benakku sepertinya melunak, jinak dan bersahabat. Bagaimana tidak, aku seringkali dibiarkan bahagia menyesapi mentari yang baru saja lahir, hingga mentari menua dan mengganti awan merah jambu yang menggantung hilang berganti hitam.  Bukan tanpa syarat, mereka tetap saja mengikatku pada sebuah tiang pancang, dengan rantai menjuntai yang bisa mereka tarik ulur sesukanya. Sesekali mereka pasti saling berbisik sembari memperhatikan gerak-gerikku, ada yang tertawa terbahak, ada yang mencibir, ada yang memandangku iba, ada pula yang menatapku penuh amarah.

Tak kuhiraukan mereka, aku menikmati semilir angin yang membuat tiap helai rambutku menjauh dari wajahku, harum lavender, udara hangat, yang mengingatkan aku pada suatu ketika, dimana aku menjadi sangat bebas dalam arti sesungguhnya. Menjalani hidup atas keinginan dan perintah dari diriku sendiri, menangis karena patah hati, bahagia karena cinta, tertawa bersama sahabat, bahkan terluka karena dikhianati.

Tidak ada monster-monster, hanya aku.

Aku berlari melawan angin, berputar, berguling, berjingkat dan menari, kurengkuh harum lavender, kupeluk hangatnya udara, kunikmati hariku, hingga nanti sang monster-monster itu menarik rantai pemancangku, namun sebelum mereka melakukannya, aku bebas, aku adalah aku, aku adalah milikku.

-ariisme-
Serang, 18/3/15

0 comments:

SURAT KE SURGA

12:47 PM Unknown 0 Comments


Benakku tumpah ruah, berhamburan hingga menenggelamkan lautan.
Namun tercekat lekat, di perbatasan dunia dan nirwana.
Yang kupandang hanya seulas wajah dengan bibir yang merenggang manis.

Tak ada aksara.
Hanya netra yang mengisyaratkan cinta membara.
Seandainya aku bisa mengirimkan surat ke surga, aku akan menuliskan banyak sekali kisah tentang Aiana.

-ariisme-
Serang, 30/5/15

0 comments:

ODE

12:19 PM Unknown 0 Comments

Aku,
Tembus pandang.

-ariisme-
Anyer, 27/5/15

0 comments:

BUKAN PADAM

12:16 PM Unknown 0 Comments

Pendar itu hanya meredup, ketika gerimis menghujaninya dengan deras, bukan padam.
Tunggu saja hingga matahari datang, mungkin pelangipun akan menjelma, meski awan menelan kedua kutubnya.

-ariisme-
Serang, 10/5/15

0 comments:

AWAN RINDU

12:14 PM Unknown 0 Comments


Tuan, pada awan kutitipkan sejuta perihal rindu dan debar jantung yang menderu.
Kiranya tersampaikan ketika air langit menitik di kotamu.

0 comments:

PEMBURU PELANGI

12:12 PM Unknown 0 Comments


Seorang pemburu pelangi tengah mengintai buruannya. Dia menciptakan awan mendung dan menurunkan hujan tanpa lelah ataupun bosan. Sang pelangi dengan malu-malu mengintip dari celah-celah langit, menatap lekat dan kagum ke arah sang pemburu.

Seorang pemburu pelangi tengah membidik buruannya. Dia meyakinkan pelangi agar menjelma dengan segala warna dan indahnya yang tanpa cela. Sang pelangi terjerat dan menjelmakan citranya, utuh dan polos sembari mengulum senyum kehadapan sang pemburu.

Seorang pemburu pelangi tengah berbahagia mendapatkan buruannya. Dia menyimpan pelangi di hatinya dan mendekapnya di dada. Sang pelangi tanpa syarat memberikan warna dan indahnya hanya untuknya.

Seorang pemburu pelangi tengah mengintai pelangi lainnya, di tempat yang sama. Dia menciptakan awan mendung dan menurunkan hujan tanpa lelah ataupun bosan. Sang pelangi baru, mengintip dari celah-celah langit, menatap lekat dan kagum ke arah sang pemburu, siap terbidik dan terperangkap dalam dadanya.

Seorang pemburu pelangi tengah membelah dadanya. Bersiap menyimpan pelangi lainnya, dan melepaskan pelangi yang dulu telah memberinya warna.

-ariisme-
Serang, 9/2/15

0 comments:

AKU ADA (LAH)

12:08 PM Unknown 0 Comments


Aku adalah langit
Aku adalah matahari
Aku adalah awan
Aku adalah angin

Aku adalah rinai hujan
Aku adalah siang
Aku adalah senja
Aku adalah malam

Aku adalah cangkir kopi
Aku adalah rindu
Aku adalah doa
Aku adalah cinta

Aku ada dalam karyamu
Aku ada dalam hatimu
Aku ada dalam setiap nafasmu
Aku ada dalam mimpimu

Rasakan aku bi

-ariisme-
Serang, 8/2/15

For Bibi Petunia

0 comments:

AIANA

12:04 PM Unknown 0 Comments


Engkau adalah daging dari dagingku,
Engkau adalah darah dari darahku,
Engkau menyempurnakan aku,
Engkau menjadikan aku manusia baru,

Sosokmu adalah cerminku, 
Refleksi dari jiwa, cinta dan asa,
Membawa surga menjelma di dunia,
Yang merubahku menjadi seorang wanita ksatria,

Aiana kylani,
Putriku, Pelipur laraku,
Dari sinar matamu aku melihat dunia
Dari senyummu aku memiliki dunia

Putri kecilku,
Hadiah terindah dari Sang Maha Esa,
Jadilah engkau manusia hebat,
Yang penuh cinta dan cita-cita mulia

Aiana sayang,
Doa mama dan ayah selalu menyertaimu, nak.
Selamat ulang tahun Aiana Kylani

Mama & Ayah
Serang, 29 /11/15

0 comments:

CERMIN

12:00 PM Unknown 0 Comments


Aku terbakar pikiranku sendiri, rasanya sedikit menyenangkan dan beraroma sesal. Ini karena kamu yang tiba-tiba saja manyun dan menjauh perlahan. Lantas, apakah ini kisah berikutnya ataukah akhir dari hasrat yang menyimpang? -maksudnya bukan LGBT-

"Ah,,,aku tak ingin keduanya berakhir, apalagi diam-diam".

"Ah,,,tapi aku tidak boleh terlalu manut pada keinginan hati, apalagi hatiku sendiri".

"Kok bisa?"

"Centil amat!"

Dan otakku kembali bekerja keras.

"Mungkin kamu kena tulah, karena main-main dengan api," suara di kepalaku berujar lantang.

"Buktinya, sekarang otakmu bercabang",

Ah otak sialan!, ujarku sembari membanting puntung rokok yang hampir saja menyundut bibirku.

Ini tidak main-main!.

Eeh, apa mungkin otakku hamil? Berjam-jam lamanya aku menatap kepalaku di depan cermin, semua terlihat normal-normal saja, tidak ada yang aneh.

Sudah bertahun-tahun cermin itu berdiri di sudut ruangan itu, sudah berkali-kali cermin itu menjadi saksi aksi bunuh diri. Tetapi si cermin tetap tidak mengenali bayangan yang dipantulkannya. Lantas kenapa pula aku masih menatap cermin itu setiap hari?.

Lantas???

Pagi hari, cermin, rokok, cermin, gosok gigi, cermin, birahi, cermin.

-ariisme-
Serang, 3/7/15

0 comments:

DELUSI

11:55 AM Unknown 0 Comments


Rasanya ingin menyerah saja
Mengaku kalah dan lalu sirna
Tak akan kuhalangi jiwajiwa hitam itu menarikku jauh memasuki lubang gelap tak berujung
Tak akan lagi aku berontak dan menyalak menggagas nalar tetap berkobar
Aku menyerah

-ariisme-
Serang,20/12/15

0 comments:

CUMBU RINDU

11:53 AM Unknown 0 Comments


Tak ada suara rinai malam ini
Bintang berhamburan di pelataran langit
Merah, biru, kuning dan kamu

Tak ada cengkrama manja malam ini
Telah habis masanya untuk kita
Bisu, kelu, haru dan kamu

Tak ada kita malam ini
Meja-meja itu kosong tak berpenghuni
Hanya ada aku yang letih dicumbu rindu

-ariisme-
Serang, 20/3/15

0 comments:

THE NEGATIVES TALK

11:48 AM Unknown 0 Comments

Kubiarkan pagiku terlindas matahari. Aku hanya ingin merasakan semut-semut yang merayap di dalam kepalaku, bersama sebatang roko dan kopi pahitku. Isi kepalaku sudah berminggu-minggu kosong, entah kemana kalimat-kalimat yang biasanya setia dengan ceria berlompat-lompatan itu pergi. Kutunggui tidak juga muncul, kupanggili tidak juga datang. Ah, apa iya mereka seperti jalangkung, datang tak di undang pulang tak tak di antar. Apakah semut-semut itu yang memakan mereka?, ini jauh lebih masuk akal menurutku.

Hari ini adalah hari keduaku tanpa stelosi dan risperidon, aku yakin semut-semut itu datang karena itu. Aku bertekad bulat untuk menyudahi percintaanku dengan mereka. Ketika aku bersama mereka, aku berubah menjadi seperti zombie, jangankan untuk beraktifitas, untuk bangun dari tidurpun aku kelu, badan serasa tak bertulang.

Aaahhhhh, aku ngapain ya, mengeluh pagi-pagi.
Mari kita ngopi lagi, lupakan keluhanku tadi.

0 comments:

KECANDUAN

11:43 AM Unknown 0 Comments


Aku merindukan buaian lembut clozapin dan stelosi,
Bersamanya, jiwaku seakan bergelung di atas ranjang beralas sutra yang hangat dan halus
Tak ada fatamorgana
Tak ada suara-suara
Hanya aku, aku dan aku.

Aku membenci jeratan erat clozapin dan stelosi
Ragaku seakan terberangus oleh talitemali yang tak kasat mata
Tak ada ceria
Tak ada cerita
Hanya nalar bias dan raga lemas

-ariisme-
Serang, 11/10/14

0 comments:

BANGSAT!

11:35 AM Unknown 0 Comments


Kalbuku menari dalam alunan harmoni tanpa aksara
Meliuk seirama sunyi yang riuh menggempita
Menggelitik seiring sukma yang bergelora
Ketika jemari saling bersua.

Bangsat!
Rupanya cinta tengah menggoda.

-ariisme-
Serang, 5/3/15

0 comments:

AKU (RAHASIA)

11:30 AM Unknown 0 Comments


Tidak ada yang istimewa, tetapi tidak juga biasa.
Seperti saat kedua tangan menengadah kepadaNya.
Hanya ada aku dan Dia di dalam ruangan senyap.
Dan pendar bola kaca oranye muda.

Tak serupa kepadaku,  tidak biasa dan tidak istimewa.
Seperti membuka lembar kertas suara.
Aku  kau patri dalam bilik rahasia yang terbuka.
Menjaga Ia agar tak terluka.

-ariisme-
Serang, 7/4/15

0 comments:

PUISI JANCUK

11:24 AM Unknown 0 Comments


Sialan!
Mengapa puisiku tak seromantis pujangga cinta
Aku sedang ingin bermanis-manis kata

Sialan!
Mengapa yang tertuang hanya umpatan
Apakah kepalaku ini isinya rongsokan

Sialan!
Cintaku kabur diambil orang
Bergelayut mesra sembari mengerang

-ariisme-
Serang, 3/2/15

0 comments:

PADA WAKTU

11:19 AM Unknown 0 Comments


Pada waktunya, ia akan meredup dan pudar
Pada waktunya, ia akan pergi dan menghilang
Pada waktunya, ia akan terkubur dan terlupakan
Pada waktunya ia akan
Pada waktunya ia
Pada waktunya
Pada
Waktu
Nya

-ariisme-
Serang, 19/6/15

0 comments:

LARA

11:15 AM Unknown 0 Comments

Aku menari untuk masa silamku
Melenggok dalam citra masa lampau
Memijak jejak perih parut jiwa
Seumpama lumpur menelan raga
Terajam
Lara

-ariisme-
Serang, 26 januari 2015

0 comments:

ROMANTIKA

11:08 AM Unknown 0 Comments

Seperti di dalam labirin, hangat itu mengalir mengitari selaksa rasa.
Seperti tenggelam, nafasku tersengal tercekat di dada.
Seperti terayun, aku limbung terhuyung asmara.

-ariisme-
Serang, 5/2/15

0 comments:

AKU LUPA (TUHAN)

11:01 AM Unknown 0 Comments


Iblis mengikat nalarku dan menenggelamkannya ke dalam sumur neraka. Ragaku tak berkutik, dan seketika menjadi setengah bangkai. Netraku nanar menatap sang iblis mengoyak-oyak setiap serpihannya, tanpa sisa.

Dimana Tuhanku?
Kucari di dalam keping hati, Kau tak ada.
Kucari di dalam jiwa, Kaupun tak ada.
Lalu, harus kepada siapa kuselamatkan jiwaku?
Satu-satunya harta yang aku punya.

Lalu, apakah Engkau ada?
Ataukah hanya dongeng belaka.

Ah, aku lupa. Nalarku sedang tak dapat bekerja. Ia terikat pada rantai baja, dan tenggelam hingga tak berdaya.
Ini hanya raga yang berbicara, tanpa jiwa.
Meronta dengan segenap usaha yang sia-sia.

Atas luka

-ariisme-
Serang, 17/5/15 3.26 AM

0 comments:

TOPENG

10:56 AM Unknown 0 Comments


Mereka menertawakan aku, karena aku tidak sama seperti mereka. Setiap hari mereka berganti-ganti topeng, sesuai dengan peran yang mereka lakoni saat itu. Jika dalam satu hari mereka melakoni dua peran, mereka akan memakai dua topeng, jika akan melakoni empat peran, maka mereka akan membawa topeng lainnya di sakunya, di mobilnya, atau di dalam tasnya.

Aku,
Aku terlalu miskin untuk bisa memiliki topeng. Topeng-topeng itu tak terbeli oleh isi dompetku, bahkan nuraniku. Oleh karena itu, aku tidak memakai topeng, karena aku tidak memiliki satupun. Kemarin aku lihat topeng moral sedang diobral seharga 3.500, tapi karena rok mini di sebelahnya sangat menggiurkan, aku memilih membeli rok mini seharga 99.000. Menurutku, rok mini itu lebih manis dan orisinil ketimbang topeng moral. Lagipula, para pengguna topeng moral itu pasti akan melirik perempuan dengan rok mini ketimbang perempuan bertopeng apapun.

Ya,,,ya,,,,
Silakan saja kalian menganggapku gila. Aku merasa nyaman dengan kegilaanku.

-ariisme-
Serang, 23/12/15

0 comments:

STACATO

10:53 AM Unknown 0 Comments


Aku bukan manusia mulia, jadi tak usah repot-repot memuliakan aku. Tapi siapa dirimu beraninya meganggapku hina.

Aku dan dirinya memang tidak sebanding denganmu, tak sujung kukupun kau bilang. Tapi kami bersyukur, atas waktumu memperhatikan aku dan dirinya.

Aku juga bukan boneka yang bisa kau dandani sedemikian rupa hanya untuk membuatmu senang. Akupun bukan binatang yang bisa kau latih untuk patuh pada perintahmu.

Segala kelemahan yang telah aku tunjukkan kepadamu, segala rahasia yang telah kubuka, semata-mata karena percaya. Jika itu menjadi bumerang, aku tak akan mengelak.

Aku bukan manusia mulia, jadi tak usah repot-repot memuliakan aku.

-ariisme-
Serang, 22/12/15

0 comments:

SUDUT MATI

1:37 PM Unknown 0 Comments






Aku tak lagi takjub akan imagimu
Bukan, bukan salah mataku memandang
Hanya saja, sisa nurani tak lagi kujual


Akupun tak lagi mencari
Karena bumi telah memberiku mentari
Hanya saja, aku terlalu lengah mensyukuri


Aku tak lagi lari
Akan kutaklukan delusi
Dan kini aku tak takut lagi


Bila
Aku tersudut mati



-ariisme-
Serang, 14/12/15

0 comments:

TAHU MENGAPA?

1:09 PM Unknown 0 Comments


Adakah yang lebih sulit dari menjaga hati pada sukma yang luka? 
Aku yakin, bahkan pujanggapun akan terantukantuk hingga tak berdaya.
Apakah dia, sang ulama atau abuya?
Aku rasapun tidak.
Apakah hati dan sukma dua hal yang berbeda?
Ah, tak terjangkau oleh logika
Tahu mengapa?
Entahlah, keduanya seringkali melakukan hal bodoh yang tak sama.


-ariisme-
Serang, 30/11/15

0 comments:

AKU TIDAK MAIN MAIN

1:02 PM Unknown 0 Comments


Tapi Tuan,
Aku tidak main-main menyambut kasih yang katamu tulus dari hati.
Aku juga tidak main-main memberikan separuh aku.
Aku tidak main-main menyerahkan percayaku.
Aku tidak main-main dengan ucapanku.
Aku tidak main-main dengan bara di hatimu.
Aku tidak main-main dengan godam dan kemudian menghantammu.
Aku tidak main-main dengan kelaminku.

Tapi Tuan,
Kamu hanya main-main denganku.


-ariisme-
Serang,15/12/15

0 comments:

CANTIK

4:15 PM Unknown 0 Comments



Dipolesnya lagi wajahnya yang tidak cantik itu dengan bedak, entah apa tujuannya, yang pasti dia hanya ingin terlihat sama cantiknya dengan gadis-gadis lain. Sebelah matanya memicing, menimbang alis agar sejajar dan serupa dengan alis lainnya. Kemudian dipejamkan mata kirinya, jemarinya menari melukis garis di atas garis matanya. Tidak, itu belum selesai, masih banyak bagian-bagian wajahnya yang belum terlihat sempurna, belum cukup cantik secantik gadis-gadis itu.
Dia memulai kembali dengan memoles bagian tulang hidung, hidungnya memang tidak mancung, oleh karena itu, dia mati-matian membuat shading di hidungnya, agar terlihat lebih proporsional, sesuai selera pasar, yaitu hidung bangir nan mungil. Bukan hidung pesek dengan lubang yang menganga seperti goa. Seulas garis berwarna coklat tua ia poles di kiri dan kanan tulang hidungnya, kemudian digosoknya dengan spons, hingga garis menyatu dengan warna kulitnya. kemudian, memoles highlight di tengan tulang hidung hingga ke pangkalnya, lalu menggosok-gosok dengan lembut memakai kuas.
Didekatkannya wajahnya ke cermin, miring ke kiri miring ke kanan, mendongak dan menunduk. "Ah, masih banyak yang harus dipoles lagi," dia membatin. Kali ini dia meraba-raba tulang pipinya yang tirus dan mencuat karena kurus. Sembari memoleskan blush on, dia memonyong-monyongkan bibirnya hingga tulang pipinya semakin mencuat. Kemudian kembali menatap cermin sembari senyum-senyum. Diliriknya poto-poto tutoarial yang memamerkan para gadis cantik dengan balutan makeup, kemudian menatap cermin, kemudian melirik poto-poto itu lagi, kemudian menatap cermin lagi. Entah apa lagi yang kurang.
Kali ini dia mengambil pulas bibir berwarna merah muda, dengan hati-hati dan lembut, dia memulas bibir hitamnya, perlahan bibir hitam itu kini berubah warna. Dikecup-kecupkannya bibir atas dengan bibir bawah, entah tujuannya apa, tetapi yang aku tahu, semua wanita melakukan ini ketika memulas bibir. Kembali dia menatap cermin, dimonyong-monyongkannya bibir yang telah berubah warna itu, kemudian senyum-senyum dan mengangguk.
"Langkah terakhir," ujarnya seraya membuka botol sebesar ballpoint yang ujungnya terdapat sikat berwarna hitam. Kemudian dipicing-picingkannya matanya, dan menyikat bulu matanya dengan ballpoint itu, satu kali dua kali tiga kali empat kali. Dengan perlahan, dia membuka matanya, dan mengulang proses ini pada mata lainnya.
"Sayang, aku siap," serunya sembari menghampiri laki-laki pujaannya. Namun Langkahnya mendadak berhenti dan terkesiap ketika sang pujaan tengah bermesraan dengan wanita cantik setengah telanjang di monitor komputernya.

-ariisme-
Serang, 4/10/2015

0 comments: