Senja Di Beranda

4:39 PM Unknown 0 Comments









Senja menanti kita di beranda
Dengan lembayung yang menjingga memintal jemari surya
Mengajak kita bergegas saling duduk bersama
Sambil menghirup aroma kopi yang membawa pergi entah apa

Senja tak pernah tergagap dan meragu hati
Jika tak dinikmati maka ia akan segera mengganti hari
Lelakonnya sudah digarisi dan pasti
Hanya kita yang merugi, meski peristiwa-peristiwa kita kantongi

Senja yang jernih kini beringsut
Melipat jemari surya dan menggantinya dengan langit hitam
Kemudian menggelar mimpi kasmaran
Kita lena dalam angin, tubuh dingin dan hasrat oleng dalam sekaleng gin 



Nirwana, 30/11/16

0 comments:

Malam

3:15 PM Unknown 0 Comments

0 comments:

Raba Nyata

10:37 PM Unknown 0 Comments

0 comments:

TAWAR

5:21 PM Unknown 0 Comments

0 comments:

QOTD

3:38 PM Unknown 0 Comments

0 comments:

MOTD

1:12 AM Unknown 0 Comments

0 comments:

MOTD

12:31 AM Unknown 0 Comments

0 comments:

MOTD

11:48 PM Unknown 0 Comments

0 comments:

Teruntuk sahabatku tercinta, Candra

12:06 AM Unknown 0 Comments



Teruntuk sahabatku tercinta, Candra

0 comments:

Alegori Ironi

7:25 PM Unknown 0 Comments

Senja tak lagi memberi misteri
Meski kita saling menyungging seri
Mengakhiri pagi dengan nyeri
Tatkala selubuk kalbu menyulap alegori menjadi ironi.

-ariisme-
Nirwana 18/11/16

0 comments:

Kampret!

9:01 PM Unknown 0 Comments





Seharusnya kamu  bisa mengendalikanya, bahkan menghentikannya. Sekarang kamu tanggung sendiri akibat dari perbuatanmu itu. 

Kalimat itu berulangkali menggema di kepalaku, rasa-rasanya aku tidak pernah sedikitpun berpikir bahwa hal ini akan sangat menjadi rumit dan menyebalkan.  Ya, mungkin saja karena aku ini bodoh, tidak bisa menggunakan logika jika menyangkut romansa.

Kampret!, kamu tua bangka ga tau diri. Kamu pikir dirimu itu Cleopatra. Kamu ngaca dong sayang, perhatikan baik-baik mulai dari atas kepalamu hingga ujung kakimu itu, semuanya biasa aja. Jauh dari standar kategori menarik. 

Aduh, kamu jangan sok kepedean deh, sayang. Wanita seperti Cleopatra saja masih bisa ditikung sama empat perempuan lain. Nefertiti, Hatshepsut, Sobekneferu dan Khnetkaus

Eeh, kamu ga ngukur diri.  

Sudahlah, mulai besok kamu harus bisa membuang semua angan-angan gila kamu. Apa kamu ga sayang sama anak, sama suami. Mereka kamu jadikan taruhan keisenganmu semata, kamu bakal menyesal nanti.

Sudah!

Selesaikan!

Sekarang juga!

Dan aku melengos meninggalkan cermin yang biasaku kupandangi ketika memoles wajah sembari mengumpat, kampret!!.  


-ariisme-

Serang, 15/11/6





0 comments:

QOTD

1:34 PM Unknown 0 Comments

0 comments:

Aku dan yang Meng-aku

8:13 PM Unknown 0 Comments

“Dia ada di sini semalam, berdiri di jalanan persis di seberang rumah”.
“Apakah dia bersama seseorang?”
“Tidak. Dia sendirian. Mengapa itu kau tanyakan?”
“Keparat”, kataku, seraya wajahku berubah gelap, seperti yang selalu terjadi ketika aku sedang benar-benar marah. “Sudah kubilang agar dia menyingkir. Mengapa dia masih saja datang!”.

-ariisme-
9/11/16

0 comments:

QOTD

7:11 PM Unknown 0 Comments

0 comments:

QOTD

2:59 PM Unknown 0 Comments







0 comments:

Unjuk Rasa Terampuh

11:04 PM Unknown 0 Comments


0 comments:

Perihal Rindu dan Doa

11:32 PM Unknown 0 Comments


Ketika sekawanan rindu tak terelakan menyerang sepanjang petang hingga fajar yang terasa sangat lambat datang, kita membuang kesempatan untuk saling pandang di siang yang sebatang. Dan ketika petang hingga malam kembali menjelang,  kemudian tak saling berkabar, hanya saling mengingat dalam doa yang berkumandang.

Ariisme
3/11/16

0 comments:

.........

9:55 PM Unknown 0 Comments


Akan tiba masanya manusia mulai merasa pantas berperan menjadi juru bicara Tuhan

0 comments:

Pernyataan

1:08 PM Unknown 0 Comments

Biarlah aku tak lagi hadir di dalam puisimu
Setidaknya aku pernah menjadi inspirasimu
Begini saja,
Kubekali beberapa bungkus kenangan di laci mejamu
Siapa tau, nanti kau perlu

Setuju?


Nirwana, 1/11/16

0 comments:

Jancuk!

12:47 AM Unknown 0 Comments

Tangkai tangkai cinta yang kukirimkan setiap hari ternyata tak cukup untuk melipat jarak.

Jancuk!

Kenapa harus tentang cinta sih

Nirwana, 1/11/16

0 comments:

Entahlah Apa Judulnya

12:09 AM Unknown 0 Comments

Itu kampak miliknya
Kampak lama yang telah tanggal giginya
Gagangnya legam dan lapuk
Meski demikian, Ia tak berniat menggantinya dengan yang baru
Karena kampak lamanya telah banyak sekali melumat kayu kayu pengepul asap dapurnya
Menghangatkan malam malam dinginnya
Bahkan menghasilkan ukiran ukiran bersejarah di pendoponya
Sekali waktu, Ia sempat menatap kampak baru yang masih kokoh dan tajam
Namun hanya manatap, seolah menatap kampaknya yang lama
Seolah ingin mengayunkannya menghujam kayu kayu di pelatarannya
Tapi Ia hanya menatap
Dengan segala derita dilumatnya

-ariisme-
Nirwana 1/11/16

0 comments: