Kata Kalbu

11:23 AM Unknown 0 Comments




Hembusan angin menyeret-nyeret nostalgia burukku, dan meletakkannya jauh di dalam benakku. Menyiarkan kisah getir segetir nira yang mengoyak selaksa jiwa. Aku, yang menjadi setengah gila karenanya, yang matia-matian menghalau kalut.

Kubangun bentengku setinggi langit. Namun nostalgia itu meresap di setiap dindingnya, mengikis kekokohannya hingga terkuak tulang belulang penopang raga, menguliti ragaku.

Aku telanjang.

Tuhan, tidakkah Kau terima doa-doaku yang kubungkus dengan kertas merah jambu?
Doa yang berisi tentang betapa malangnya ibuku, tentang tangisnya ketika tangan dan kaki bapakku mendarat di tubuhnya yang kuyu. Kala itu, aku menggendong si bungsu.

Tuhan, tidakkah Kau terima keluh kesahku yang mengharu biru?
Keluh kesah tentang betapa sulitnya aku menjadi diriku, tentang sepotong kalbu yang terbawa angin lalu. Kala itu, aku masih mengenalmu.

Tuhan, kini aku kembali padaMu.
Kutunggu jawabanmu,
Di sini,
Di sepotong sisa kalbuku

Ilustration from Dark Beauty Magazine
Serang, 7/10/14










0 comments: