Surat Keramat

12:36 PM Unknown 6 Comments


Hari ini aku menerima sebuah surat yang bersampul coklat. Aku sangat gembira, karena seumur hidupku, tak pernah satu kalipun aku menerima surat. Kupandangi permukaan amplop yang halus dan mengilat berukirkan sebuah nama, surat pertamaku, dari pianisku. 

Jantungku seakan hendak mencuat keluar dari ragaku. Kudekap erat surat-surat itu dengan erat, kucium aromanya yang khas, seperti rempah dan pinus. Tanpa kusadari, aku tersenyum sembari menangis. 

“Ya Tuhanku, apakah ini yang dinamakan bahagia?,” gumamku. 

Dengan lembut dan hati-hati, ku buka surat pertama yang berisi satu lembar kertas berwarna khaki. 


Dearest Eve,

Aku telah merasakan, betapa memiliki harapan adalah hal tersulit. Sesulit kita menjadi dewasa. Namun yakinlah, harapan datang kapanpun dan dimanapun kau berada,  bukan hanya disaat bahagia. 

Eve, percayalah, harapan ada meskipun disaat kau sedang merasa sedih, bahkan ketika kau bermimpi pada malam-malam sepi. 

Harapan akan membawamu kepada keyakinan yang hakiki akan masa depan yang pasti. 

Eve,
Maafkan aku tidak membawamu serta dalam pelarianku. Suatu hari, aku akan menjemputmu dan membawamu melihat betapa luasnya dunia ini. 

Keindahannya seindah sosokmu. 

Aku berjanji.


Yours
Edward


Tanganku gemetaran memegang surat keramat itu, kakiku lemas. Aku merasakan bahagia yang tak terkira. Lagi-lagi air mataku tumpah, membayangkan hari dimana pianisku menjemputku dengan gagah berani. 

Ku peluk surat itu, dan kusimpan di dalam kotak harta karunku yang tersembunyi di balik dinding. 

Aku menantimu,
Disini,
Di Negeri mati.

Serang, 09/10/14






6 comments:

devonapixie said...

*seruput kopi*
Hmm...enak ya, di sini *lesehan*

makasi bibi atas kunjungannya,,,,,aku syeneeeeeeeng bangeeettt

waw ini keren

Vivi Devona said...

Yang ini jauuuuh lebih keren...aku syukaaaa :D

maacih mas hen

maacih bibi tayaangggg