CERMIN

12:00 PM Unknown 0 Comments


Aku terbakar pikiranku sendiri, rasanya sedikit menyenangkan dan beraroma sesal. Ini karena kamu yang tiba-tiba saja manyun dan menjauh perlahan. Lantas, apakah ini kisah berikutnya ataukah akhir dari hasrat yang menyimpang? -maksudnya bukan LGBT-

"Ah,,,aku tak ingin keduanya berakhir, apalagi diam-diam".

"Ah,,,tapi aku tidak boleh terlalu manut pada keinginan hati, apalagi hatiku sendiri".

"Kok bisa?"

"Centil amat!"

Dan otakku kembali bekerja keras.

"Mungkin kamu kena tulah, karena main-main dengan api," suara di kepalaku berujar lantang.

"Buktinya, sekarang otakmu bercabang",

Ah otak sialan!, ujarku sembari membanting puntung rokok yang hampir saja menyundut bibirku.

Ini tidak main-main!.

Eeh, apa mungkin otakku hamil? Berjam-jam lamanya aku menatap kepalaku di depan cermin, semua terlihat normal-normal saja, tidak ada yang aneh.

Sudah bertahun-tahun cermin itu berdiri di sudut ruangan itu, sudah berkali-kali cermin itu menjadi saksi aksi bunuh diri. Tetapi si cermin tetap tidak mengenali bayangan yang dipantulkannya. Lantas kenapa pula aku masih menatap cermin itu setiap hari?.

Lantas???

Pagi hari, cermin, rokok, cermin, gosok gigi, cermin, birahi, cermin.

-ariisme-
Serang, 3/7/15

0 comments: