SEPOTONG MEMORI

1:04 PM Unknown 0 Comments

Pagi ini,sekelebat kenangan masa kecil terbentang pada ruang ingatan. Disana, disebuah bangunan kantor yang halaman depannya ditanami bunga kertas dan di sebelah kirinya bungabterompet berwarna kuning. Disinilah aku dan sahabat-sahabat masa kecilku bermain, bergulat diantar rerumputan lebat, berlarian dan tertawa lepas. Kami masih kanak-kanak, tanpa beban. Aku ingat sepeda mini itu, dengan gagah ia mengendarainya, dan membonceng kami satu persatu, bergantian.

Prima, ia kakak sepupuku, aku dan dia adalah yang tertua diantara anak-anak lain saat itu. Ferdi, Maya, Nia, Dina, Dini, Dede dan Pipit yang masih balita. Aaaaaahhh, kenangan itu meraja lela, mengganti berita pagiku, di sini, bersama secangkir kopi dan asap roko.

Saat-saat yang tak kan pernah tergantikan dengan apapun. Aku ingat, aku merinding ketika kami memasuki bangunan kantor empat lantai itu. Kami menapaki satu persatu anak tangga hingga ke atap. Dibagian atap ada berbagai macam perlengkapan penghitung tekanan angin, ada yang selali berputar seperti baling-baling, ada yang menyerupai menara, ada yang berbentuk seperti payung dan yang sangat kami tunggu adalah balon merah jambu berukuran besar. Ya, balon ini ternyata digunakan untuk mengetahui tekanan angin. Balon itu akan diisi gas, lalu dilepaskan dan dibiarkan terbang bersama angin. Setiap kali balon itu terbang, kami pasti akan dengan khidmat memandaninya, kami penasaran kemana ia pergi.

Serang 1988, seandainya aku bisa kembali ke masa itu, aku pasti katakan kepadanya, aku mengagguminya, sosok yang ceria, pengendara sepeda mini, yang selalu mengenakan celemek di dadanya.

-ariisme-
Serang, 11/10/14

0 comments: